Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) kembali melonjak di atas US$66.000, memicu optimisme para investor dan trader kripto.
Kenaikan harga Bitcoin ini terjadi setelah data inflasi inti Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan ke level terendah dalam 3 tahun terakhir, yaitu 3,4%.
Penurunan inflasi dinilai sebagai tanda positif bagi ekonomi global dan memicu minat investor terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini (16 Mei 2024), Sebulan Naik 2,5%
Anggapan tersebut diperkuat oleh peningkatan investasi institusional pada ETF Bitcoin, seperti yang dilakukan oleh bank-bank besar seperti JPMorgan, Wells Fargo, UBS, dan Bank of Montreal.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa kombinasi dari inflasi yang lebih rendah, suku bunga yang kemungkinan turun, dan meningkatnya investasi institusional mendorong kenaikan harga Bitcoin.
"Data ekonomi AS, pidato anggota The Fed, dan tren aliran pasar ETF BTC menjadi fokus utama ke depan," analisanya.
Ia memprediksi bahwa harga BTC dapat menembus level resistensi US$69.000 dan mencapai level harga bitcoin tertinggi sepanjang masa US$73.808.
Lonjakan harga Bitcoin juga diikuti oleh kenaikan harga memecoin, seperti Dogecoin dan Shiba Inu.
Baca Juga: Grafik Harga Emas 24 Karat Antam Terbaru
Fenoomena ini terjadi karena investor mencari profit di tengah pasar kripto yang stagnan.
Indonesia sendiri menempati peringkat kelima dalam daftar negara yang gemar dengan investasi dan trading aset kripto degen, yaitu aset kripto berisiko dan spekulatif yang umumnya berkapitalisasi pasar kecil.
Fyqieh mengingatkan investor untuk berhati-hati saat berinvestasi di memecoin karena potensinya yang fluktuatif tinggi dan tidak ada jaminan untuk investasi jangka panjang.
Ia menyarankan investor untuk melakukan riset dan diversifikasi portofolio mereka sebelum berinvestasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News