kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Apa Itu Modus Penipuan Segitiga? Ini Cara Kerja, Ciri-ciri, dan Contohnya


Selasa, 06 Mei 2025 / 15:39 WIB
Apa Itu Modus Penipuan Segitiga? Ini Cara Kerja, Ciri-ciri, dan Contohnya
ILUSTRASI. ilustrasi belanja mobil. KONTAN/Muradi/2016/06/13

Penulis: Bimo Kresnomurti

KONTAN.CO.ID - Pahami apa itu modus penipuan segitiga hingga cara mencegahnya. Kemajuan teknologi membuat kemudahan seseorang dapat memasarkan barang dan mendapatkan barang yang diinginkan secara jarak jauh.

Hal ini membuat serangkaian modus penipuan turut berkembang terkait kejahatan cyber, salah satunya Penipuan Segitiga.

Penipuan segitiga (triangle fraud) adalah jenis penipuan daring yang melibatkan tiga pihak: penipu, korban pembeli, dan toko/penjual asli.

Modus ini sering terjadi di marketplace online dan cukup sulit terdeteksi oleh korban karena semua terlihat sah di permukaan.

Baca Juga: Kenali Modus Penipuan Online Lewat Gmail, Saldo Rekening Bisa Habis Tak Bersisa

Cara kerja penipuan segitiga

Ilustrasi Belanja atau pembiayaan Mobil

Ada beberapa skema penipuan segitiga yang perlu Anda waspadai.

1. Penipu melihat penjual memasarkan mobil di Facebook Marketplace. Penipu berpura-pura menjadi makelar atau bahkan pembeli langsung. Penipu menghubungi penjual, bilang ada “anaknya” atau “temannya” yang mau beli mobil Anda.

2. Di saat bersamaan, penipu memposting ulang mobil kamu di tempat lain (grup WA, OLX, atau forum jual beli), dengan harga sedikit lebih mahal. Penipu bertindak sebagai “penjual” mobil milikmu, padahal itu bukan mobil miliknya.

3. Ada pembeli asli yang tertarik, lalu bayar ke penipu bisa berupa DP atau Tanda jadi. Pembeli ini tidak tahu bahwa dia sedang membeli dari penipu.

4. Penipu lalu menghubungi Penjual/Anda untuk meminta mobil segera dikirim atau dijemput oleh “anaknya” (si pembeli asli). Penjual akan berpikir ini transaksi normal karena orang (korban sebagai pembeli) datang terlihat serius dan membawa bukti transfer (yang sebenarnya diberikan ke penipu, bukan ke penjual).

5. Uang tidak masuk ke penjual, tapi Anda sebagai penjual dapat menyerahkan mobilnya karena merasa sudah deal.

Baca Juga: Waspada! Ini Deretan Modus Penipuan Online Berkedok Shopee

Tanda-tanda sebagai pembeli

Nah, ada beberapa ciri-ciri terkait modus penipuan segitiga apabila Anda sebagai pembeli.

  • Harga jauh lebih murah dari pasaran.
  • Penjual menghindari chat langsung atau menolak pembayaran via sistem aman marketplace.
  • Tidak jelas asal pengirim barang (dropship dari toko lain).
  • Penjual baru dengan sedikit ulasan tapi menjual barang mahal.

Baca Juga: Marak Modus Penipuan Jasa Pendaftaran Nomor Gawai, Daftarkan IMEI Gratis

Tanda-Tanda untuk Penjual

Tanda-tanda penjual sedang dijadikan "alat" dalam penipuan segitiga:

  • Pembeli minta kirim ke alamat berbeda dari akun pembelinya.
  • Nama penerima tidak sesuai dengan nama akun.
  • Transaksi tiba-tiba jumlah besar dari akun baru.
  • Pembeli meminta kamu tidak mencantumkan nama tokomu di paket (karena dia tidak mau ketahuan dropship).
  • Pembayaran terlihat sah tapi dari sumber mencurigakan (kalau pakai sistem luar marketplace).

Tips pencegahan

Ada beberapa tips untuk mencegahnya sebagai penjual maupun pembeli.

  • Sebagai penjual pastikan untuk memasang watermark atau tanda air pada foto jual-beli.
  • Sebagai pembeli wajib cek kondisi dan tidak asal deal dengan barang tersebut.
  • Pastikan untuk selalu kirim ke alamat dan nama yang sesuai dengan akun pembeli (transaksi online).
  • Pakai fitur COD atau escrow untuk jual-beli di marketplace (ShopeePayLater, Tokopedia Escrow, dll).
  • Pastikan untuk menghindari menerima pembayaran di luar sistem marketplace.
  • Tolak permintaan yang tidak wajar, seperti pengiriman instan dengan alasan “urgent”.

Contoh di marketplace:

Bayangkan pembeli ingin membeli handphone di sebuah akun marketplace (misalnya di Tokopedia) seharga Rp3.000.000. Toko terlihat profesional dan pengiriman cepat.

Tentu, Anda membayar, lalu beberapa hari kemudian handphone benar-benar sampai ke rumahmu — langsung dari distributor resmi di Jakarta.

Tapi ternyata, si penipu memesan handphone itu dari toko resmi pakai kartu kredit curian, memasukkan alamat sebagai penerima. Kemudian, penipu bisa mendapat uang dari penjualan, tapi toko resmi yang akhirnya rugi ketika kartu kredit dicabut transaksinya oleh bank.

Penipuan ini berbahaya karena korban bisa merasa tidak tertipu (barang sampai), tapi transaksi itu ilegal. Bahkan, saat pihak toko melaporkan ke polisi, bisa saja sebagai pembeli ikut diperiksa karena dianggap menerima barang dari penipuan.

Baca Juga: Hati-Hati Penipuan Berkedok Investasi Internasional, Ini Modusnya

Contoh modus penipuan segitiga di Facebook Marketplace (versi mobil)

Anda sebagai penjual melakukan posting mobil bekas untuk dijual di Facebook. Lalu seseorang (akun palsu) menghubungi penjual via Messenger atau WhatsApp.

Penipn ungkap ada orang lain (temannya, “bosnya”, atau "anaknya") yang mau beli mobil itu dan akan langsung datang mengambil mobil.

Nah, Anda sebagai penjual dituntut untuk mengirimakan mobilnya dulu atau memfasilitasi transaksi cepat, kadang disertai bukti transfer palsu atau janji DP.

Cara lain, penipu ingin menggunakan data orang lain untuk pembelian, dan menyuruh penjual pura-pura bilang “beli dari dia”.

Itulah penjelasan terkait apa itu modus penipuan segitiga hingga cara mencegahnya.

Tonton: UU BUMN Terbaru Disahkan, Jauhkan DIreksi dan Komisaris dari Jangkauan KPK

Selanjutnya: Link Live Streaming Inter Milan vs Barcelona di Semifinal Liga Champions Leg 2

Menarik Dibaca: Ini 5 Manfaat Konsumsi Buah Pir untuk Asam Lambung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

×