kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.731   21,00   0,13%
  • IDX 8.389   22,05   0,26%
  • KOMPAS100 1.163   3,35   0,29%
  • LQ45 847   4,23   0,50%
  • ISSI 292   0,76   0,26%
  • IDX30 446   3,97   0,90%
  • IDXHIDIV20 513   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,41   0,31%
  • IDXV30 138   0,55   0,40%
  • IDXQ30 141   0,94   0,67%

Ini 4 Negara yang Berhasil dan Gagal Dalam Redenominasi Mata Uang


Rabu, 12 November 2025 / 13:55 WIB
Ini 4 Negara yang Berhasil dan Gagal Dalam Redenominasi Mata Uang
ILUSTRASI. Uang tunai dalam dompet. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/04/2025)

Sumber: Lite Finance | Editor: Bimo Kresnomurti

KONTAN.CO.ID - Simak daftar negara yang berhasil dan gagal dalam redenominasi. Indonesia sedang mempelajari kemungkinan penerapan redenominasi rupiah, yaitu penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah daya belinya.

Rencana ini telah beberapa kali dibahas oleh Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan, dengan tujuan untuk menyederhanakan sistem transaksi, memperkuat persepsi stabilitas ekonomi, serta menyesuaikan standar keuangan nasional dengan praktik internasional.

Wacana redenominasi ini juga muncul seiring meningkatnya kestabilan makroekonomi, inflasi yang terkendali, dan digitalisasi sistem pembayaran di Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Mata Uang Yen Jepang: Fase Modernisasi hingga Lewati Krisis Global

Dalam konteks tersebut, penting untuk melihat pengalaman negara lain yang telah lebih dulu melakukan redenominasi, baik yang berhasil maupun yang gagal. Beberapa negara seperti Turki, Brasil, dan Polandia terbukti mampu memperkuat kepercayaan publik dan menekan inflasi setelah redenominasi.

Namun, di sisi lain, negara seperti Zimbabwe dan Korea Utara menunjukkan bahwa tanpa dukungan reformasi ekonomi dan komunikasi publik yang baik, kebijakan ini justru bisa memicu krisis kepercayaan.

Melalui pembelajaran ini, Indonesia dapat merancang langkah yang lebih matang agar redenominasi nantinya benar-benar menjadi simbol stabilitas, efisiensi, dan kemajuan ekonomi nasional.

Negara yang berhasil dalam redenominasi

Berikut ini 4 negara yang berhasil dan gagal dalam redenominasi, dirangkum dari laman Lite Finance.

Baca Juga: Daftar Negara yang Memakai Dolar AS sebagai Mata Uang Resmi

1. Turki (2005)

Turki melakukan redenominasi besar-besaran terhadap mata uangnya dengan menghapus enam angka nol dari Lira lama. Artinya, 1.000.000 Lira lama menjadi 1 Lira baru. Langkah ini merupakan bagian dari program reformasi ekonomi pasca krisis inflasi yang parah di awal tahun 2000-an.

Keberhasilan redenominasi Turki tidak hanya menstabilkan nilai tukar, di mata investor internasional, inflasi yang sebelumnya mencapai tiga digit dapat ditekan menjadi satu digit dalam beberapa tahun.

Faktor utama keberhasilan Turki adalah reformasi ekonomi yang menyeluruh, dukungan penuh Bank Sentral, serta kebijakan fiskal yang disiplin. Selain itu, pemerintah Turki melakukan kampanye edukasi publik besar-besaran agar masyarakat memahami nilai Lira baru dengan baik.

Baca Juga: Sejarah Mata Uang China, Perkembangan dari Kerang hingga Yuan Renminbi Digital

2. Rusia (1998)

Pada tahun 1998, Rusia menghapus tiga angka nol dari mata uang Rubel (1.000 Rubel lama menjadi 1 Rubel baru). Kebijakan ini diterapkan di tengah tekanan krisis ekonomi Asia dan situasi fiskal Rusia yang rapuh.

Laporan Bank Dunia, meskipun dilakukan dalam kondisi sulit, transisi berjalan lancar. Seluruh sistem pembayaran, termasuk perbankan dan transaksi antar lembaga, tetap stabil.

Kunci keberhasilan Rusia adalah sosialisasi yang efektif kepada masyarakat, transparansi kebijakan, dan upaya menjaga kestabilan harga pasca-redenominasi. Langkah ini juga membantu memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan nasional setelah periode ketidakpastian.

Baca Juga: Mengenal Mata Uang Dong Vietnam, Sejarah, dan Perkembangan Saat Ini

3. Rumania (2005)

Rumania menghapus empat angka nol dari mata uang Leu, sehingga 10.000 Leu lama setara dengan 1 Leu baru. Tujuannya adalah menyederhanakan transaksi dan menyiapkan sistem moneter untuk integrasi dengan Uni Eropa.

Redenominasi ini disertai dengan reformasi fiskal yang kuat dan pengawasan ketat dari Uni Eropa, sehingga proses berjalan dengan baik. Dampak nya sangat positif, inflasi terkendali, dan kepercayaan terhadap sistem keuangan meningkat.

Selain itu, redenominasi membantu memperlancar proses konversi mata uang Rumania menuju Euro, karena sistem keuangan sudah lebih efisien dan transparan.

4. Polandia (1995)

Polandia juga menghapus empat angka nol dari Zloty (10.000 Zloty lama menjadi 1 Zloty baru). Kebijakan ini dilakukan setelah masa transisi dari ekonomi sosialis ke ekonomi pasar bebas pasca runtuhnya Uni Soviet.

Tujuan utama adalah menyederhanakan sistem keuangan, memperkuat nilai tukar, dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap mata uang nasional.

Hasilnya, redenominasi berhasil mempermudah transaksi, meningkatkan efisiensi sistem akuntansi, serta memperbaiki persepsi internasional terhadap stabilitas ekonomi Polandia.

Pemerintah menjaga stabilitas ekonomi makro dan komunikasi publik secara konsisten, menjadikannya contoh sukses di Eropa Timur.

Baca Juga: Intip Sejarah Poundsterling Inggris Raya, Mata Uang Tertua di Dunia

5. Brasil (1994)

Brasil melakukan redenominasi dengan menghapus tiga angka nol dari mata uang lama cruzeiro real, kemudian memperkenalkan mata uang baru bernama real (BRL).

Kebijakan ini merupakan bagian dari Plano Real, sebuah program reformasi ekonomi besar yang diluncurkan untuk mengakhiri hiperinflasi yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Setelah redenominasi, inflasi menurun drastis dari lebih dari 2.000% per tahun menjadi di bawah 10% dalam waktu singkat. Real kemudian menjadi simbol kestabilan ekonomi baru Brasil.
Keberhasilan Brasil disebabkan oleh kombinasi kebijakan moneter ketat, pengendalian harga, dan dukungan kuat dari sektor perbankan serta masyarakat.

Negara yang Gagal Melakukan Redenominasi

1. Zimbabwe (2006, 2008, 2009)

Zimbabwe dikenal sebagai contoh paling ekstrem dari kegagalan redenominasi. Pemerintah beberapa kali menghapus nol dari dolar Zimbabwe, total hingga 25 nol dihapus dalam rentang tiga tahun.

Namun langkah ini gagal total karena tidak disertai dengan perbaikan ekonomi fundamental. Inflasi terus melonjak hingga sejuta persen, menyebabkan uang kehilangan nilai sepenuhnya.

Akhirnya, Zimbabwe meninggalkan mata uang nasionalnya dan beralih menggunakan dolar AS serta rand Afrika Selatan. Kegagalan ini disebabkan oleh hiperinflasi ekstrem, korupsi, defisit fiskal besar, dan runtuhnya kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Mata Uang Jerman, Fase Deutsche Mark, hingga Menjadi Euro

2. Argentina (1970-an–1990-an)

Argentina telah melakukan redenominasi beberapa kali akibat inflasi yang berulang dan krisis fiskal yang terus terjadi. Setiap kali, pemerintah hanya mengganti nama mata uang tanpa memperbaiki akar masalah ekonomi.

Akibatnya, langkah-langkah tersebut tidak mampu menghentikan inflasi tinggi dan kehilangan nilai mata uang terus berulang.
Faktor utama kegagalan adalah ketidakdisiplinan fiskal, ketergantungan pada utang luar negeri, dan kurangnya kepercayaan investor terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.

3. Kongo (1967 dan 1998)

Kongo (sekarang Republik Demokratik Kongo) dua kali mengganti mata uangnya, dari franc lama ke franc baru. Namun, redenominasi ini tidak membawa perubahan nyata terhadap perekonomian nasional.

Penyebabnya adalah konflik politik dan ketidakstabilan pemerintahan yang berkepanjangan, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan tetap rendah.

Selain itu, lemahnya infrastruktur perbankan membuat implementasi redenominasi tidak efektif dan sulit menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga: Mengenal Mata Uang Peso Filipina, Sejarah, hingga Nilai Tukar ke Rupiah

4. Korea Utara (2009)

Pemerintah Korea Utara melakukan redenominasi dengan menghapus dua nol dari mata uang won, bertujuan mengendalikan inflasi dan membatasi kekayaan individu.

Namun, langkah ini dilakukan tanpa sosialisasi dan persiapan teknis. Masyarakat dikejutkan oleh batasan jumlah uang tunai yang bisa ditukar, menyebabkan kepanikan massal dan kemarahan publik.

Alih-alih menstabilkan ekonomi, kebijakan ini justru menurunkan daya beli rakyat, menghancurkan kepercayaan terhadap pemerintah, dan memperburuk kelangkaan barang.

Itulah informasi mengenai daftar negara yang berhasil dan gagal dalam redenominasi.

Tonton: Nama Marsinah Diabadikan di Kantor Kementerian HAM, Pigai: Penyemangat Moral Kami

Selanjutnya: Promo Alfamart Kebutuhan Dapur 12-15 November 2025, Kewpie Mayonais Diskon Rp 13.600

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Kebutuhan Dapur 12-15 November 2025, Kewpie Mayonais Diskon Rp 13.600

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×