Sumber: Investopedia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga emas telah melonjak lebih dari sepertiganya tahun ini hingga mencapai lebih dari US$ 3.500 per troy ounce.
Akan tetapi, Goldman Sachs memperingatkan bahwa harga emas dapat meningkat drastis jika serangan pemerintahan Trump terhadap independensi Federal Reserve AS berhasil.
Mengutip Investopedia, Goldman mengatakan hal itu akan memicu pelarian dari aset safe haven tradisional—aset yang dituju orang-orang ketika pasar bergejolak—yang secara tradisional adalah dolar AS dan obligasi pemerintah.
Dalam analisis utama yang dirilis minggu ini, bank investasi tersebut menguraikan skenario di mana emas dapat mencapai hampir US$ 5.000 per ons troi, dengan mencatat bahwa jika 1% dari pasar obligasi pemerintah AS yang dimiliki swasta mengalir ke emas, harga emas akan naik hingga hampir US$ 5.000 (per troy ounce). Angka itu 42% di atas harga saat ini.
Independensi Federal Reserve Terancam?
Peringatan ini muncul setelah Presiden Donald Trump mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengendalikan Federal Reserve, termasuk upaya untuk mencopot Gubernur Fed Lisa Cook, yang kini sedang digugat di pengadilan.
Langkah-langkah ini membuat Wall Street bersiap menghadapi apa yang disebut oleh para analis JPMorgan dalam laporan utama mereka minggu ini sebagai "perdagangan independensi Fed"—langkah-langkah untuk mempersiapkan dunia di mana dolar dan obligasi pemerintah AS tidak lagi terasa sebagai tempat teraman untuk menyimpan uang Anda.
Baca Juga: Investasi Emas Antam 2025: Harga Naik, Spread Rp 153.000 per gram
Investor khawatir bahwa Fed yang dipolitisasi akan memangkas suku bunga untuk mendorong perekonomian demi keuntungan jangka pendek, memicu kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang.
Analis Goldman cukup gamblang tentang implikasinya.
"Skenario di mana independensi Fed dirusak kemungkinan akan menyebabkan inflasi yang lebih tinggi, harga saham dan obligasi jangka panjang yang lebih rendah, dan terkikisnya status mata uang cadangan dolar. Sebaliknya, emas adalah penyimpan nilai yang tidak bergantung pada kepercayaan institusional," jelas analis Goldman.
Karena alasan-alasan ini, Goldman menyimpulkan bahwa emas tetap menjadi rekomendasi jangka panjang yang terbaik saat ini.
Baca Juga: Grafik Harga Emas Batangan Antam Hari Ini (11 September 2025), Naik atau Turun?
Matematika di Balik Target US$ 5.000
Goldman menguraikan perhitungannya sebagai berikut:
Kepemilikan swasta pasar Treasury AS—surat utang Amerika—bernilai sekitar US$ 57 triliun. Jika investor memindahkan 1% saja dari uang itu ke emas, itu berarti US$ 570 miliar mengalir ke pasar emas.
Sebagai perbandingan, para analis mencatat bahwa seluruh pasar dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas—yang digunakan investor biasa untuk membeli emas seperti halnya saham—berukuran hampir sama dengan yang akan dipindahkan dari Treasury.
Permintaan tambahan itu, menurut mereka, akan menyebabkan harga emas naik ke target US$ 5.000. Faktanya, proyeksi "normal" Goldman sudah memprediksi harga emas akan mencapai US$ 3.700 pada akhir tahun 2025 dan US$ 4.000 pada pertengahan tahun 2026, hasil dari ekspektasi mereka bahwa bank sentral akan melanjutkan aksi beli emas mereka saat ini.
Tonton: Harga Emas Antam Hari ini Semakin Kinclong (11 September 2025)
Analisis JPMorgan sedikit lebih konservatif, dengan argumen bahwa serangan yang berkepanjangan terhadap independensi The Fed dapat mendorong harga emas hingga di atas US$ 4.500 pada tahun 2026.
Selanjutnya: Rupiah Dibuka Menguat Tipis ke Rp 16.455 Per Dolar AS pada Hari Ini (11/9)
Menarik Dibaca: Ukir Rekor Baru Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Kamis 11 September 2025 Melesat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News