kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Instrumen Pendapatan Tetap Jadi Pilihan Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa


Rabu, 28 September 2022 / 17:35 WIB
Instrumen Pendapatan Tetap Jadi Pilihan Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa
ILUSTRASI. Tata kelola investasi yang dilakukan perusahaan asuransi jiwa perlu menjadi perhatian./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.

Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tata kelola investasi yang dilakukan perusahaan asuransi jiwa perlu menjadi perhatian. Sebab, dana kelolaan tersebut yang nantinya digunakan untuk membayarkan klaim nasabah.

Sebagai informasi, berdasarkan data OJK, per Juli 2022 dana kelolaan investasi perusahaan asuransi jiwa tercatat senilai Rp 526,23 triliun. Capaian tersebut masih tumbuh 7,21% dari periode sama tahun lalu yang senilai Rp 490,81 triliun.

Untuk memastikan klaim bisa dibayarkan pada saat ada yang mengajukan, penempatan investasi perlu dilakukan secara hati-hati. Beberapa pemain asuransi masih memilih instrumen pendapatan tetap untuk menjadi portofolio terbesarnya.

Baca Juga: Asabri dan IFG Life akan Dapat PMN dari Hasil Sitaan Korupsi Jiwasraya

Sebagai contoh, ada BNI Life yang menempatkan hampir 80% dari portfolio BNI Life atau setara Rp 17 triliun pada instrumen fixed income termasuk Reksadana pendapatan tetap.  Aset investasi BNI Life secara total sampai Agustus 2022 sekitar Rp 21,2 triliun.

“seiring kenaikan yield di tahun ini, kami memperbanyak alokasi aset pada instrumen fixed income,” ujar Eben Eser Nainggolan, Direktur Keuangan BNI Life. 

Hanya saja, Eben menyadari dengan lebih banyak portofolio pada instrumen fixed income mendapat dampak terhadap kondisi investasinya ketika kenaikan suku bunga dan inflasi.

Namun, kondisi tersebut tak serta-merta membuat Eben mengubah portofolionya yang ada di pendapatan tetap. Alasannya, dia masih optimistis proyeksi kenaikan yield obligasi di tahun depan dapat menjadi peluang untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dari premi yang diinvestasikan.

“Untuk saham tetap ada namun tidak banyak, masih di bawah 10% dari total portofolio keseluruhan yang ditempatkan paling besar pada sektor finance,” imbuhnya.

Tak berbeda jauh, BRI Life juga menempatkan portofolio investasinya di instrumen pendapatan tetap. Secara rinci, porsi untuk surat utang negara (SUN) sebanyak 60% dan obligasi korporasi sebanyak 18%.

Sekadar tahu saja, aset investasi BRI Life untuk yang bukan unitlink mencapai sekitar Rp17.01 triliun. Angka tersebut masih menunjukkan pertumbuhan sekitar 16% jika dibandingkan periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Astra International Dikabarkan Jual Astra Life, Ini Kata Manajemen

“Hasil investasi masih tertekan krn pergerakan nilai pasar SUN, namun hal ini tidak berdampak signifikan pada bottom line karena ada off-set dampak kenaikan interest rate pada cadangan premi,” ujar Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila.

Meskipun demikian, Iwan melihat kebijakan investasi BRI Life saat ini masih sesuai dengan karakteristik kewajiban perusahaan dan memadai untuk menjaga likuiditas. Perubahan yang dilakukan lebih kepada investasi di SUN dengan tenor yang lebih pendek untuk mitigasi fluktuasi nilai pasar SUN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×