Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Momen tahun baru sering dimanfaatkan penjual untuk memberikan diskon besar-besaran.
Tidak jarang momen ini dimanfaatkan masyarakat untuk membeli barang-barang dengan harga yang terjangkau.
Namun, dibalik godaan belanja ini, stabilitas keuangan bisa terganggu jika tidak dikelola dengan bijak.
Pakar Ekonom Syariah dari Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga (Unair), Prof Tika Widiastuti, membagikan panduan praktis agar keuangan tetap sehat di tengah euforia diskon.
Baca Juga: Reksa Dana Bisa Jadi Pilihan Investasi di 2025 Saat Pasar Saham Volatile
Pahami apa kebutuhan dan keinginan Anda
Kunci utama mengelola keuangan adalah memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.
Sebagai konsumen, hal utama yang perlu diperhatikan adalah memastikan alokasi belanja untuk pemenuhan kebutuhan, bukan sekadar keinginan.
Ia menambahkan bahwa kebutuhan memiliki ciri utama berupa nilai manfaat yang jelas.
“Berkah itu penting. Apa yang kita beli harus membawa manfaat dan tidak membuat kita jauh dari Allah,” tambahnya.
Dalam membedakannya, ia menyarankan untuk memahami hierarki kebutuhan dalam Islam: Dharuriyah (kebutuhan pokok), hajiyat (penunjang), dan tahsiniyat (pelengkap).
“Pastikan kebutuhan dharuriyah seperti makan, transportasi, dan tempat tinggal terpenuhi terlebih dahulu sebelum mengalokasikan dana untuk hal lainnya,” katanya.
Mengalokasikan keuangangan dengan sehat
Selanjutnya, Prof Tika Widiastuti membagikan formula sederhana dalam mengelola pendapatan. Langkah pertama adalah mendahulukan sedekah.
“Sedekah 10 persen dari penghasilan dapat membuka pintu rezeki yang lebih luas,” ungkapnya.
Setelah itu, 40 persen penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti makan, transportasi, dan kebutuhan rumah tangga.
Sebanyak 30 persen digunakan untuk membayar utang produktif atau cicilan, dan sisanya untuk dana darurat atau investasi.
“Dana darurat sangat penting untuk menjaga stabilitas finansial dalam kondisi tak terduga. Selain itu, investasi bisa menjadi cara untuk mengembangkan keuangan jangka panjang,” terangnya.
Ia juga menekankan bahwa gaya hidup yang tinggi sering kali menjadi jebakan yang menguras keuangan tanpa manfaat jelas.
Tonton: WHO Ingin Data COVID-19 Lebih Banyak dari China, Ini Tanggapan Tiongkok
Berhati-hati dengan tren dan FOMO
Di era digital, akses terhadap tren belanja semakin mudah. Ia mengingatkan akan risiko kesehatan keuangan yang disebabkan oleh gaya hidup impulsif.
“Dengan banyaknya media yang mempromosikan tren, kita harus lebih bijak dalam membelanjakan uang. Jangan sampai hanya karena ingin mengikuti tren, kesehatan keuangan kita terganggu,” pesannya.
Sebagai langkah preventif, ia menyarankan agar konsumen membuat anggaran sebelum berbelanja. Diskon besar memang menggiurkan, tetapi penting untuk menahan diri agar tidak membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan.
Prioritaskan kebutuhan, mengalokasikan dana sesuai porsi, dan menahan diri dari godaan gaya hidup, masyarakat dapat menjaga kesehatan finansial sekaligus menikmati momen belanja dengan aman.
“Kesehatan keuangan adalah investasi masa depan. Bijaklah dalam mengelola uang agar hidup lebih tenang dan berkah,” pungkasnya.
Selanjutnya: Malaysia Grants WeChat, TikTok Licences to Operate Under New Law
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Makan Alpukat untuk Penderita Diabetes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News