Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - PT Bank HSBC Indonesia melaporkan masyarakat kelas atas Indonesia atau affluent menempati tempat pertama sebagai negara dengan kepemilikan emas fisik terbanyak dengan rata-rata 25% dari portofolio investor.
Temuan tersebut tertuang dalam Laporan studi HSBC "Affluent Investor Snapshot 2025" dibandingkan dengan 11 negara lainnya.
International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia Lanny Hendra menyampaikan, rata-rata tersebut hampir dua kali lipat dari Malaysia dengan angka sekitar 13% dan tiga kali lipat dari India.
"Kami melihat adanya kenaikan emas sebagai alat investasi, dan juga sepertinya emas dilihat sebagai safe haven aset," kata dia dalam Media Briefing HSBC Indonesia, Senin (15/9/2025).
Ia menambahkan, studi yang sama menunjukkan adanya pergesaran alokasi aset dari uang tunai ke aset berwujud.
Kepemilikan uang tunai telah menurun menjadi 19% dari portofolio. Sementara itu, alokasi untuk emas telah melonjak sebesar 12 poin persentase.
"Kini mencapai 25% dari investasi mereka," ucap dia.
Baca Juga: Sebulan Profit 9,64%, Harga Emas Antam Hari Ini Turun atau Naik (15/9/2025)?
Selain emas, portofolio investor affluent ini juga terdiversifikasi ke kelas aset lainnya seperti properti sebesar 10%, obligasi sebesar 10%, dan saham sebanyak 5%.
Sedikit catatan, tiga produk keuangan teratas yang dimiliki investor affluent Indonesia secara umum adalah emas fisik sebanyak 44%, deposito berjangka sebanyak 33%, dan investasi terkelola sebanyak 31%.
Sementara itu, Head of Networks Sales and Distribution, HSBC Indonesia Sumirat Gandapraja mengatakan, emas adalah safa haven.
"Pada saat terjadi sesuatu yang tidak menentu baik itu politik maupun ekonomi, emas dianggap sebagai safe haven," ungkap dia.
Tidak hanya terjadi di Indonesia, pandangan ini juga umumnya terjadi di berbagai negara. Namun demikian, yang sedikit berbeda di Indonesia, masyarakat saat ini cenderung mengurangi porsi uang kes dan membeli emas.
"Mungkin ada culture di Indonesia juga kalau nikal kasihnya emas, kalau kasih apa-apa kasih emas, kalau punya sedikit uang beli emas gitu ya," terang dia.
Seiring dengan itu, harga emas global juga terus naik karena bank sentral mulai beralih memilih aset emas dibandingkan dollar AS.
Tonton: Harga Emas Antam Melemah Hari ini (15 September 2025)
Namun demikian, menurut Mirat, masyarakat tidak perlu terus mengoleksi emas semagai instrumen investasi. Pasalnya, saat ini berbagai instrumen investasi lain juga mulai menunjukkan potensinya kembali seperti pasar saham dan obligasi.
"Apakah di Indonesia apakan di global, apakah mesti di beberapa negara, apakan di sektor-sektor tertentu nah itu tugas kami memberikan advisory yang baik sehingga nasabah isa mendapat return sesuai dengan risk profil-nya," tutup dia.
Sebagai informasi, Laporan studi HSBC "Affluent Investor Snapshot 2025" dilakukan oleh Ipsos Asia Limited atas nama HSBC.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Pakai Kas Internal untuk Akuisisi Proyek Tambang Emas Doup
Data dikumpulkan melalui survei online yang dilakukan pada bulan Maret 2025. Survei ini melibatkan 10.797 investor affluent di.12 negara, termasuk 547 responden dari Indonesia.
Kriteria Responden didefinisikan sebagai "individu affluent", yaitu individu dengan aset yang dapat diinvestasikan antara US$ 100.000 hingga US$ 2 juta.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hasil Riset: Masyarakat Kelas Atas Indonesia Rajin Investasi di Emas Fisik"
Selanjutnya: Hari Ini (16/9) Terakhir Daftar Program Asisten Bisnis Kopdes, Gaji Rp 7,25 Juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News