kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencermati Kolaborasi Digitalisasi Perbankan dan Metaverse


Jumat, 14 Oktober 2022 / 12:45 WIB
Mencermati Kolaborasi Digitalisasi Perbankan dan Metaverse
ILUSTRASI. Penggunaan aplikasi perbankan digital. Mencermati Kolaborasi Digitalisasi Perbankan dan Metaverse.

Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perkembangan teknologi sudah tidak dapat dibendung. Yang bisa dilakukan adalah berkolaborasi dengan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai kemajuan.

Praktisi Perbankan Abiwodo mengatakan percuma melawan perkembangan zaman dan teknologi karena itu akan sia-sia. Sama seperti usaha perbankan dan bank sentral untuk 'membunuh' mata uang kripto berakhir sia-sia belaka.

Saat ini metaverse tengah manggung. Abiwodo mengatakan metaverse tak lagi sekedar konsep dan teknologi blockchain tapi sudah menjadi sistem interaksi serta transaksi yang kian relevan dan digandrungi. 

"Di sinilah kemampuan bergaul dari digitalisasi perbankan diuji," ujarnya dalam keterangannya, Jumat (14/10).

Baca Juga: Menarik Minat Talenta Digital, BCA Luncurkan Webseries Rumah Biru Season 2

Menurut Abiwodo metaverse itu ibarat kehidupan nyata dalam ruang dan waktu virtual. Dan setiap yang virtual itu memiliki sertifikat hak milik yang diakui dunia yang disebut NFT yang kemudian dapat diperjualbelikan.

Kemudian menurutnya, semua kehidupan virtual ini berjalan di atas sistem blockchain, sebuah teknologi yang diperlukan untuk transaksi menggunakan kripto yang menjadi mata uang di metaverse.

"Blockchain ini semacam buku keuangan bersama, yang setiap transaksinya bisa terlacak dan dilihat publik. Cara kerjanya mirip Google Docs, semua orang bisa akses secara bersamaan," terangnya.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa blockchain dan mata uang kripto atau cryptocurrency itu bak induk Decentralized Finance (DeFI) alias desentralisasi sistem keuangan. Sebuah sistem yang selama ini menjadi alasan utama adanya sistem perbankan.

Baca Juga: Ini Lima Tren Akselerasi Digitalisasi yang Perlu Diperhatikan di Tahun 2022

Dari sinilah beberapa pertanyaan kerap muncul apakah banking masih diperlukan di metaverse? Kalaupun masih, bagaimana relevansi dan eksistensi perbankan di metaverse?

"Di sinilah perkawinan perbankan dengan metaverse bisa dilangsungkan. Bank bisa memberikan jasa kustodi untuk penyimpanan NFT, cryptocurrency dan digital wallet-nya," katanya.

Menurut Abiwodo, biasanya investor pemula enggan menyerahkan kustodi aset digitalnya kepada pihak ketiga yang tidak dikenal. Dengan terlibatnya perbankan, para investor akan merasa lebih aman jika asetnya disimpan di bank. 

Sebab itu pula sejumlah bank di luar negeri sudah mulai melibatkan dirinya dalam ekosistem metaverse ini. Di kawasan Asia Tenggara ada Union Bank of Philippines, yang sudah menawarkan crypto trading dan kustodinya. 

Baca Juga: BRI Klaim Berikan Layanan Perbankan yang Unik di Metaverse

"Bahkan di Indonesia sendiri, baru-baru ini bank umum milik pemerintah mulai melibatkan dirinya dalam ekosistem metaverse, yakni Bank BNI," katanya.

Langkah ini tentu seiring dengan salah satu fokus sektor Presidensi Indonesia dalam G20, yaitu transformasi digital. Transformasi digital dinilai sebagai salah satu solusi utama dalam menggerakkan perekonomian di kala pandemi dan resesi global, dan sudah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×