kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MORNING BID ASIA - Imbal Hasil Turun, Bursa Asia Diprediksi Lanjut Menguat


Selasa, 07 Mei 2024 / 05:21 WIB
MORNING BID ASIA - Imbal Hasil Turun, Bursa Asia Diprediksi Lanjut Menguat
ILUSTRASI. MORNING BID ASIA - Imbal Hasil Turun, Bursa Asia Diprediksi Lanjut Menguat. REUTERS/David Gray

Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID -  Pelaku pasar Asia bersiap menyambut hari penuh sentimen positif. Dollar yang melemah, imbal hasil obligasi AS yang menyusut, serta kondisi keuangan global yang longgar menjadi katalis utama penguatan aset berisiko. Diperkirakan, tren positif ini akan berlanjut pada perdagangan Selasa (7/5).

Momentum beli diperkirakan akan menguat menyusul reli solid di Wall Street. Optimisme juga terlihat di pasar regional.

Bursa China dibuka menguat tajam setelah libur panjang pekan lalu, volatilitas di pasar mata uang Jepang mereda, dan indeks Hang Seng Hong Kong tengah menikmati reli terpanjang dalam enam tahun terakhir.

Indeks Hang Seng telah membukukan kenaikan selama 10 hari berturut-turut, dengan akumulasi kenaikan mencapai 15%.

Koreksi memang diprediksi terjadi, namun bukan tidak mungkin indeks ini mampu menguji rekor kenaikan 14 hari beruntun yang terjadi pada Januari 2018.

Baca Juga: GLOBAL MARKETS - Harapan Potong Suku Bunga Dorong Bursa Saham Global, Yen Melemah

Beberapa data ekonomi yang akan dirilis pada hari Selasa antara lain data inflasi Filipina dan Taiwan, PMI sektor jasa Jepang, serta cadangan devisa internasional terbaru dari beberapa negara, termasuk China.

Namun, fokus utama pelaku pasar tertuju pada keputusan kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA).

Tepatnya, arahan kebijakan yang akan disampaikan Gubernur RBA Michele Bullock dalam konferensi pers usai bank sentral tersebut mempertahankan suku bunga acuan di level 4,35%.

Berdasarkan polling Reuters terhadap 37 ekonom, seluruhnya, kecuali satu, memperkirakan RBA akan mempertahankan suku bunga acuan. Ekonom yang tersisa memprediksi adanya penurunan suku bunga sebesar 0,25%.

Pada pertemuan terakhir RBA pertengahan Maret lalu, para pembuat kebijakan mulai mengurangi bias pengetatan moneter. Namun, Gubernur Bullock enggan menyebutkan apakah kebijakan telah beralih ke netral, dengan alasan risiko "sangat seimbang" dan menolak rencana penurunan suku bunga segera.

Baca Juga: Wall Street Catat Optimistis, Indeks Naik 3 Hari Beruntun

Sejak saat itu, ekspektasi penurunan suku bunga AS semakin memudar, dollar Australia menguat, dan inflasi domestik tidak turun seperti yang diharapkan analis maupun pembuat kebijakan.

Konsensus ekonom masih memperkirakan penurunan suku bunga acuan sebesar 0,25% pada September. Namun, pasar uang justru bertaruh sebaliknya, dengan peluang kenaikan suku bunga sebesar 0,25% pada September saat ini berada di level 50%.

Di sisi lain, inflasi konsumen di Filipina diperkirakan akan meningkat. Angka inflasi tahunan diperkirakan naik menjadi 4,1% pada April dari 3,7% pada Maret. Kenaikan inflasi ini tentu saja tidak diinginkan oleh bank sentral Filipina.

Sementara itu, tekanan harga di Taiwan lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika di China. Deflasi, alih-alih inflasi yang tinggi, menjadi ancaman yang lebih serius bagi ekonomi China saat ini.

China dijadwalkan merilis data cadangan devisa internasional terbaru. Data ini akan dicermati pelaku pasar untuk melihat apakah Beijing melakukan penjualan sebagian Treasury AS untuk menopang yuan. Total cadangan devisa diperkirakan turun menjadi $3,225 triliun pada April dari $3,246 triliun pada Maret.

Baca Juga: Grafik Harga Emas 24 Karat Antam Terbaru 6 Mei 2024

Berikut adalah beberapa perkembangan utama yang dapat memengaruhi arah pasar pada hari Selasa:

* Keputusan kebijakan bank sentral Australia
* PMI sektor jasa Jepang (April)
* Inflasi Filipina (April)

By Jamie McGeever

(Reporting and Writing by Jamie McGeever; Editing by Josie Kao)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×