kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Startup Naik Kelas Jadi Unicorn, Siapa Saja Investornya?


Rabu, 28 September 2022 / 16:14 WIB
Startup Naik Kelas Jadi Unicorn, Siapa Saja Investornya?
ILUSTRASI. Bisnis startup di Indonesia terus berkembang. Terbukti, satu per satu mulai berstatus unicorn.

Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis startup di Indonesia terus berkembang. Terbukti, satu per satu mulai berstatus unicorn. Hal tersebut juga tak jauh-jauh dari peran modal ventura yang berani menyuntikkan dana untuk perusahaan startup ini.

Menariknya, kebanyakan startup yang sudah menjadi unicorn ini banyak didukung oleh perusahaan modal ventura yang berasal dari swasta. Padahal, ada juga 5 modal ventura milik BUMN yang hingga saat ini sudah melakukan investasi pada 336 startup.

Ambil contoh, DANA yang baru saja masuk dalam jajaran unicorn baru di Indonesia, berdasarkan data CB Insight, dengan memiliki valuasi senilai US$ 1,13 miliar. Dompet digital tersebut didukung oleh investor seperti Ant Group, Lazada, dan Sinar Mas Indonesia.

Baca Juga: Xendit Berkolaborasi dengan SMESCO Menggelar Acara Pasar Nusa Dua ke-2 Dukung UMKM

Ada juga, platform pemesanan tiket online, Traveloka yang mendapatkan pendanaan dari investor seperti, Global Founders Capital, East Ventures, Expedia Inc. Per 13 September 2022, valuasinya mencapai US$ 3 miliar.

Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro menjelaskan, sebagai corporate venture capital, valuasi dari startup yang didanai bukan menjadi tolak ukur.

“Corporate venture capital milik BUMN, KPI utamanya belum tentu valuasi atau menjadi unicorn,” ujar Eddi.

Sebaliknya, Eddi bilang tujuan utama dari modal ventura milik BUMN ini adalah bagaimana caranya startup-startup yang menjadi portofolionya bisa membantu bisnis atau membentuk ekosistem dalam masing-masing grup perusahaannya.

Meskipun valuasi dinilai bukan menjadi tujuan utama, Eddi tetap menilai bahwa memang valuasi dibutuhkan untuk mendapatkan untung sama halnya dengan modal ventura milik swasta.

“Return kita juga tidak jelek, tapi kan itu memang tidak di disclosed,” imbuh Eddi. 

Sebagai informasi, saat ini Eddi juga sedang membangun pondasi dari BNI Ventures yang baru saja mendapat izin dari OJK tahun ini. Tak muluk-muluk, ia memproyeksikan kemungkinan baru akan mendanai satu startup hingga akhir tahun ini.

Perusahaan tersebut mendapat modal awal dari induk senilai Rp 500 miliar saat awal didirikan. Eddi menyebutkan kriteria startup yang bakal didanai oleh BNI Venture tak jauh-jauh dari bisnis bank, seperti fintech maupun UMKM.

Baca Juga: Sebanyak 30 Startup Masuk dalam Pipeline Merah Putih Fund

“Mungkin tahun depan bisa 2 atau 3 startup atau 4, jadi memang kita harus punya roadmap ini,” imbuhnya.

Sementara itu, CEO BRI Ventures Nicko Widjaja tak sependapat bahwa jika disebut kalau modal ventura milik BUMN tidak memiliki portofolio yang memiliki valuasi besar. Menurutnya, di BRI Ventures sendiri kebanyakan berinvestasi juga bersama dengan modal ventura milik swasta.

Jika ditilik dari portofolionya, BRI Ventures turut mendanai beberapa startup yang saat ini juga berstatus unicorn. Salah satunya ada Xendit yang merupakan startup payment gateaway dengan valuasi sekitar US$ 1 miliar.

Bahkan, Xendit ini juga sekarang juga melakukan investasi strategis dengan menjadi pemegang saham minoritas dari Bank Sampoerna. Kepemilikan sahamnya di bank tersebut sekitar 14,96%

“Yang diinvestasikan sama kita maupun sama swasta kan juga kebanyakan bareng jadi harusnya sama saja," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×