Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan industri perbankan akan semakin besar ke depan di tengah kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Apalagi, kondisi sektor bisnis belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19.
BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) ke level 4,25% tahun ini dan ekonom memperkirakan bank sentral ini masih akan kembali mengerek suku bunganya sejalan dengan kebijakan The Fed diperkirakan masih akan agresif menaikkan suku bunga guna meredam tingkat inflasi.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tidak akan terburu-buru melakukan penyesuaian bunga kredit sebagai imbas dari kenaikan bunga acuan BI.
Perseroan masih lebih ingin fokus menjaga kualitas asetnya. Karena kenaikan bunga kredit bisa berdampak menganggu kemampuan nasabah dalam menjalankan kewajibannya.
Baca Juga: Suku Bunga Naik, Bank Waspadai Kemampuan Bayar Debitur Restrukturisasi Kredit
"Kami di manajemen suka sepakat untuk lebih mementingkan kualitas aset. Sehingga mungkin kami akan berkorban dari sisi net interest margin (NIM) ke depan," kata Royke Tumilaar Direktur Utama BNI dalam paparan virtualnya dikutip Kamis (29/9).
Dia menjelaskan, untuk tetap menjaga kualitas aset secara berkelanjutan akan sulit jika tidak berhati-hati melakukan penyesuaian bunga kredit.
Kualitas aset yang baik merupakan kunci utama dalam mendorong pertumbuhan kinerja bank ke depan. Karean begitu satu kredit jatuh jadi kredit macet atau non performing loan (NPL) akan susah bagi bank mengembalikan pada kondisi semula.
Ke depan, lanjut Royke, penyesuaian bunga kredit di BNI tidak bisa dilakukan secara merata kepada semua debitur saat perseroan harus menaikkan suku bunga kredit. Ia bilang, penyesuaian harus memperhatikan kondisi dari masing-masing nasabah.
"Kami akan klasterkan nasabah. Kalau debitur yang baik dan loyal, serta memiliki transaksinya bagus di BNI, kami tidak akan semena-mena menaikkan suku bunga kredit ke mereka. Tetapi kalau transaksi tidak ada, hanya kredit di BNI, itu mungkin yang akan jadi pertimbangan kami untuk menaikkan bunga kreditnya. Jadi tidak semua akan kita sama ratakan, karena itu bisa menuai badai yang pada akhirnya bisa menyebabkan NPL," kata Royke.
Baca Juga: BI Rate Naik, Bankir Waspadai Tekanan Kemampuan Bayar Debitur Restrukturisasi Kredit
Per Juni 2022, BNI mencatatkan margin bunga bersih atau NIM di level 4,7%. Itu mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 4,9%.
Sementara kondisi kualitas aset bank ini semakin membaik dimana rasio NPL perseroan turun ke level 3,2% dari 3,9% pada Juni tahun 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News