Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mengakui kenaikan bunga acuan Bank Indonesia bakal akan diikuti oleh kenaikan bunga simpanan dan kredit. Bila bunga kredit naik, maka akan menekan kemampuan nasabah membayar kewajibannya.
Namun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan belum akan menaikkan bunga kredit. Direktur Manajemen Risiko Bank BRI Agus Sudiarto menyatakan, saat ini suku bunga acuan BI sudah naik sebagai respons kebijakan atas kenaikan inflasi.
"Meski demikian untuk menjaga kondisi nasabah debitur yang ada, maka kami tidak serta merta menaikkan suku bunga kredit," papar Agus kepada Kontan.co.id, Rabu (28/9).
Langkah ini juga akan membuat debitur restrukturisasi bisa menyelesaikan kewajiban.
Baca Juga: BRI Telah Naikkan Suku Bunga Counter Deposito Per Senin (26/09)
"LAR Coverage di posisi lebih dari 43%. Sedangkan NPL Coverage di posisi lebih dari 251%," jelasnya.
Selama pandemi Covid-19, BRI sudah melakukan restrukturisasi terhadap 3,97 juta nasabah dengan nilai kredit Rp 252,7 triliun. Per Juni, outstanding restrukturisasi Covid-19 sudah turun menjadi Rp 129,5 triliun dari 1,59 juta debitur.
Sebelumnya, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan terhitung sejak Senin (26/9), BRI telah menaikkan suku bunga counter deposito, antara 15 bps hingga 25 bps, tergantung jangka waktu deposito.
Menurut proyeksi BRI, perubahan suku bunga tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit, mengingat suku bunga kredit bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional.
Baca Juga: Bank Kecil Hingga Besar Mulai Kerek Bunga Deposito Sebesar 25 Basis Poin
Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Oleh karenanya BRI tetap optimistis mampu menumbuhkan kredit secara umum di kisaran 9%-11% secara tahunan hingga akhir tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News