Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - Dolar AS menguat tipis terhadap euro pada hari Senin (20/5) karena investor menunggu petunjuk lebih lanjut tentang arah suku bunga AS usai muncul komentar hati-hati dari pejabat Federal Reserve.
Hal ini terjadi meskipun inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Rupanya pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target 2% bank sentral AS.
Data minggu lalu menunjukkan penurunan tekanan harga konsumen di bulan April.
Beberapa pejabat pada hari Senin menyerukan agar kebijakan tetap berhati-hati.
Baca Juga: Emas Dunia: Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Dipicu Beragam Faktor
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada hari Senin bahwa Federal Reserve perlu waktu untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuannya.
"Masalahnya sekarang adalah kapan kita bisa yakin bahwa inflasi jelas berada di jalur kembali ke 2%. Saya pikir perlu waktu lama sebelum kita mengetahui itu pasti," kata Bostic dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television.
Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan dalam konferensi Mortgage Bankers Association di New York, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan terbaru dalam proses disinflasi akan bertahan lama.
Euro melemah 0,05% terhadap dolar menjadi $1,0863. Terhadap yen, dolar naik 0,4% menjadi 156,26 yen.
Data minggu lalu menunjukkan harga konsumen AS naik kurang dari yang diperkirakan pada bulan April.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Tipis di Tengah Kekhawatiran Inflasi dan Suku Bunga AS
Akibatnya pasar memperkirakan penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin tahun ini.
"Saya rasa setelah CPI [Indeks Harga Konsumen] dirilis minggu lalu, pasar valas agak kekurangan katalis saat ini," kata Michael Brown, analis pasar di pialang online Pepperstone di London.
Euro tetap tidak jauh dari level tertinggi hampir dua bulan di $1,0895 yang disentuhnya minggu lalu.
Euro naik 1,8% sejauh ini di bulan Mei, didorong oleh penurunan dolar AS akibat data pertumbuhan dan inflasi AS yang lebih lemah, serta peningkatan ekonomi zona euro.
Baca Juga: Market Global: Wall Street Campur Aduk, Emas Sentuh Rekor Tertinggi
Dengan yen Jepang yang melemah pada hari yang sama, para pedagang tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi pemerintah.
Mata uang ini Jepang bergerak dalam kisaran ketat dalam beberapa hari perdagangan terakhir setelah awal Mei yang bergejolak menyusul dugaan intervensi mata uang berulang kali oleh Tokyo untuk menopang yen.
By Saqib Iqbal Ahmed
(Reporting by Saqib Iqbal Ahmed; Additional reporting by Harry Robertson in London and Ankur Banerjee in Singapore; Editing by Sharon Singleton, Bernadette Baum, Will Dunham and Jonathan Oatis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News